Asam Lambung (GERD): asam lambung yang berlebihan atau gangguan pencernaan terkait asam lambung, seperti penyakit refluks gastroesofagus (GERD), dapat menyebabkan keringat dingin dalam beberapa kasus. Meskipun ini bukan gejala yang paling umum, keringat dingin bisa terjadi sebagai respons tubuh terhadap rasa sakit atau ketidaknyamanan yang parah akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan (refluks).
Stres atau kecemasan: Kondisi emosional seperti kecemasan, stres, atau serangan panik dapat memicu keringat dingin sebagai respons tubuh terhadap perasaan tertekan.
Rasa takut atau cemas berlebihan: Ketika seseorang merasa takut atau cemas, sistem saraf simpatik akan aktif dan menyebabkan tubuh bereaksi dengan keringat dingin.
Syok atau trauma: Kondisi tubuh yang sedang dalam syok, baik itu karena kecelakaan, cedera, atau reaksi emosional yang kuat, dapat menyebabkan keringat dingin.
Serangan jantung: Salah satu gejala serangan jantung adalah keringat dingin yang disertai dengan rasa sakit atau tekanan di dada, sesak napas, atau mual.
Infeksi: Infeksi serius, seperti infeksi darah (sepsis) atau infeksi virus yang parah, dapat menyebabkan demam tinggi yang diikuti dengan keringat dingin.
Gula darah rendah (hipoglikemia): Jika kadar gula darah turun terlalu rendah, tubuh bisa mengalami keringat dingin, pusing, gemetar, atau kebingungan.
Kondisi medis lainnya: Beberapa penyakit atau kondisi medis, seperti gangguan tiroid, masalah jantung, atau masalah pada sistem saraf, dapat menyebabkan keringat dingin.
Kehilangan darah yang signifikan: Kehilangan darah akibat luka berat atau pendarahan internal bisa menyebabkan tubuh mengalami keringat dingin.